Habapublik.com, Sabang: Potensi Perempuan pada Tingkat pengambil Keputusan maupun jabatan strategis menjadi sesuatu keniscayaan di Sabang. Hal ini juga telah dibuktikan sejumlah kaum hawa di wilayah itu pulau paling barat Indonesia itu.
Dalam banyak hal kepercayaan kepada kemampuan perempuan relative sudah banyak di temukan dan buktikan di Sabang. Mereka menduduki jabatan-jabatan utama di bidanganya juga sebagai rujukan. Kepala Sekolah misalnya, Jabatan satu ini begitu populis menjadi jabatan yang diduduki kaum perempuan di Sabang.
Salah satunya adalah Yusmiwati Kepala sekolah SMKN 1 Sabang. Dia mengaku sampai saat ini cukup mulus memimpin sekolah dengan anak-anak pra dewasa putra dan putri. Meski pada awal, suara-suara sumbang kerap di dengar karena statusnya sebagai Perempuan.
“Seminggu saya menjadi kepala sekolah masih ada suara-suara sumbang saya dengar, mengapa mesti Perempuan kenapa tidak laki-laki saja. Seperti meragukan. Tapi semuanya saya buktikan dan ternyata Perempuan juga bisa. Sekarang sudah berbalik malah warga sekitar dan unsur sekolah mencegah ketika saya mau pindah. Masih banyak tugas katanya,“ kisah Yusmiwati.
Rintangan tak behenti, Setelah adanya peristiwa meninggalnya sang anak, Yusmiwati nyaris meningalkan jabatannya dan ingin keluar dari Sabang.
“Anak saya meninggal berat sekali , karena tidak se kota. Saya sedih sekali , berat sekali untuk saya, sempat berfikir melepas sebagai kepala sekolah dan pindah ke Banda Aceh saja, tapi semuanya pelan-pelan dengan semangat saya bangun perlahan kembali,” tambahnya.
Setelah melewati beberapa fase dan memberikan bukti dalam tugas nya, Yusmiwati kini malah memberikan sejumlah prestasi dan kemajuan bagi SMKN 1 Sabang. Bahkan dia pernah meraih predikat terbaik pada lokakarya tingkat regional Sumatera mewakili Provinsi Aceh 2023 lalu.
Sosok Perempuan menonjol juga pernah hadir di jajaran Komisioner KIP Sabang, Bainah Salmiah. Dengan basic aktivis dan pernah bekerja di kantor Notaris ini menilai potensi perempuan Sabang masih harus di asah, Sementara penentu kebijakan maupun keluarga juga harus memberikan ruang dan kepercayaan lebih kepada perempuan di Sabang agar bisa menunjukkan kemampuan untuk meraih cita-citanya.
“Masih berat memang kesempatan itu, Anggapan Perempuan harus diam di rumah saja masih melekat , Apalagi kita ada di Aceh. pada pertemuan penyelenggara saja misalnya, sangat sedikit perempuan dari Aceh tidak sampai 30 persen. Dan komunikasi kita sebagian besar masih kurang kepercayaan Perempuan untuk tampil, karena melekatnya status itu,” terang Bainah.
Selepas bertugas di KIP Sabang kini Bainah Salmiah masih menaruh perhatian dan peduli terhadap kiprah perempuan, Termasuk di Sabang. Dia berharap nilai-nilai ini akan semakin terbuka untuk memberikan porsi kepada Perempuan dalam tugas-tugas dan pekerjaan yang lebih strategis, tanpa mengenyampingkan kepentingan keluarga dan nilai-nilai adat dan daya terutama Agama.
Sementara itu salah seorang pendakwah di Sabang Teungku Nurul Yasir menyampaikan sebenarnya Islam tidak melarang perempuan memimpin, Namun harus tetap menjaga harkat dan martabat nya sebagai Wanita.
“Bila kita sudah dalam islam, semuanya ada aturannya, baik laki-laki maupun Perempuan. Islam memberikan wewenang bagi perempuan. Jika dia adalah ibu rumah tangga harus taat pada suami. Tidak dilarang menjadi pemimpin tapi bukan seperti gubernur, walikota. Dimanapun apapun harus tetap menjaga harkat dan martabatnya dan tidak keluar dari aturan syarat islam.”papar Teungku Nurul Yasir.
Dia juga menganggap penting sebelum perempuan turun ke area publik, agar memperhatikan dan memahami hukum seperti batasan aurat, pendamping muhrim, bahkan ke arifan dalam memutuskan kebijakan.
Kiprah perempuan masih dinanti, karena hak dan hasrat memperbaiki kondisi tentu tidak melulu milik laki-laki.
Namun bagi Perempuan, juga di tuntut membawa diri sembari membuktian kemampuan yang ada, agar tak terus di ragukan kemampuannya di lapangan. Selamat hari Kartini.(*)