Habapublik.com, Banda Aceh: Sebanyak 21 peserta mengikuti kursus instruktur wasit dari 11 hingga 15 Juni 2025. Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Aceh, Nazir Adam, SE, MM di Aula Hotel Rasamala, Banda Aceh, Rabu (11/6/2025) malam.
Sebanyak 21 peserta tersebut berasal dari Provinsi Aceh dan Sumatera Utara (Sumut), mayoritas merupakan wasit senior yang telah malang melintang di berbagai kompetisi nasional, termasuk Liga 1 dan Liga 2.
Ketua Asprov PSSI Aceh, Nazir Adam mengatakan, para peserta kali ini adalah wasit-wasit berpengalaman. Soal kemarahan suporter, dilempar botol air mineral, hingga caci maki, itu sudah menjadi bagian dari pengalaman mereka selama memimpin pertandingan.
“Dari 21 peserta, hanya satu yang masih aktif bertugas di Liga 1, yakni Dedi Saputra. Selebihnya sudah pensiun,” ujar Nazir Adam, saat membuka kursus tersebut.
Ia menegaskan bahwa para peserta diproyeksikan menjadi instruktur atau guru wasit di masa mendatang. Diharapkan dapat memantau dan membina calon-calon wasit potensial dari berbagai daerah, khususnya Aceh.
“Begitu banyak persoalan yang dihadapi wasit saat bertugas di lapangan. Maka dari itu, kursus ini menjadi penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia perwasitan di Aceh. PSSI Aceh berkomitmen melahirkan wasit-wasit berkualitas,” katanya.
Nazir Adam juga menekankan bahwa kualitas SDM harus menjadi prioritas dalam mencari calon wasit, bukan sekadar jumlah.
“Kami minta para instruktur untuk benar-benar mencari wasit-wasit potensial dari Aceh. Tidak perlu banyak, tapi berkualitas. Karena dari wasit yang baik, akan lahir pula pemain-pemain hebat yang tahu cara menghormati wasit,” tegasnya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh yang diwakili Sekretaris, Teuku Banta Nuzullah menyampaikan bahwa sepak bola kini masih menjadi olahraga yang sangat digemari masyarakat Aceh.
Dengan lebih dari 6.000 desa tersebar di seluruh provinsi Aceh, Teuku Banta meyakini hampir setiap desa memiliki lapangan sepak bola dan ribuan klub lokal yang aktif.
“Setiap desa di Aceh hampir pasti memiliki klub sepak bola, dan para atlet kita sebenarnya cukup banyak. Mereka latihan setiap hari. Ini menunjukkan bahwa gairah sepak bola di Aceh sangat tinggi,” ujar Teuku Banta.
Menurutnya, potensi besar tersebut perlu terus didukung dan difasilitasi oleh pemerintah. Dispora Aceh, kata dia, sangat berkomitmen untuk mendorong pengembangan olahraga ini hingga ke pelosok-pelosok.
Ia juga mengajak masyarakat dan pemangku kepentingan kembali menghidupkan semangat masa kejayaan sepak bola Aceh, salah satunya melalui penyelenggaraan pertandingan berskala internasional seperti Turnamen Piala Cakradonya yang pernah digelar pada masa lalu.
“Mari kita bernostalgia, dulu pernah ada pertandingan internasional di Stadion Lampineung dalam ajang Piala Cakra Donya. Saat itu Harimau Tapanuli pernah melawan Belanda, dan Persabar Aceh Barat menghadapi Thailand. Ini adalah sejarah yang patut kita hidupkan kembali,” kenangnya.
Teuku Banta menilai, peluang untuk menghadirkan pertandingan internasional di Aceh masih terbuka lebar. Selain dapat menjadi hiburan dan pemacu semangat bagi atlet lokal, hal ini juga dinilai mampu mengangkat citra Aceh di kancah nasional dan internasional.
“Ini adalah peluang besar, tidak hanya bagi atlet, tetapi juga perangkat pertandingan dan semua pihak yang terlibat dalam dunia sepak bola di Aceh,” tutur Teuku Banta.
Sementara itu, Instruktur Wasit dari PSSI Pusat, Muhammad Arnando mengatakan bahwa komitmen PSSI dalam membangun sepak bola nasional tidak hanya berfokus pada pencarian dan pembinaan pemain muda berbakat, tetapi juga dalam mencari wasit berkualitas.
“PSSI berkomitmen mencari bibit muda untuk berkiprah di dunia perwasitan. Ini adalah impian besar kami, bahwa regenerasi tidak hanya berlaku untuk pemain, tetapi juga untuk wasit,” ujar Arnando.
Ia berharap para calon instruktur wasit yang mengikuti kursus ini memiliki visi dan semangat yang sejalan dengan PSSI, yaitu melahirkan wasit-wasit masa depan yang berkompeten dan berintegritas.
“Calon instruktur ini diharapkan punya tujuan yang sama dengan PSSI. Semoga ke depan, semakin banyak wasit kita yang bisa tampil dan berkiprah di level internasional,” tambahnya.
Wakil Ketua KONI Aceh, Muhammad Saleh yang mewakili Plt Ketua KONI Aceh menuturkan bahwa pihaknya mendukung penuh penyelenggaraan kursus tersebut. Ia juga memuji peran Nazir Adam yang sukses membawa program tersebut ke Aceh.
“Kursus ini bukan kursus main-main, ini kursus harus diikuti dengan serius. Saya minta bapak-bapak mengikuti dengan serius, kalau tidak paham, tanyakan pada instruktur,” pungkasnya.
Acara pembukaan kursus tersebut turut dihadiri oleh Wakil Ketua DPRA yang juga Exco PSSI Aceh, Saifuddin Muhammad yang akrab disapa Yah Fud dan sejumlah tamu undangan lainnya. (*)
Sumber: sudutberita.id